Focus Group Discussion Sastra Bengkulu “Pantun”

Published by TIM WEBSITE DIKBUD on

Sahabat Dikbud,

Hallo Sobat Museum!

Pada Focus Group Discussion (FGD) kali ini Museum Negeri Bengkulu mengangkat tema sastra Bengkulu “Pantun”, dalam rangka menyemarakkan bulan bahasa dan HUT Provinsi Bengkulu ke-54 kita lestarikan budaya Bengkulu berpantun.

Nara Sumber pada FGD ini adalah Prof. Dr. Sarwit Sarwono, M.Hum yang merupakan Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNIB dan Dr. Elyusra, M.Pd dosen Bahasa dan Sastra di Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Tujuan dari FGD ini yaitu untuk membudayakan kembali berpantun yang sekarang sudah mulai kurang diminati oleh kalangan karena pantun adalah warisan budaya tak benda yang hampir di setiap daerah memiliki gaya berpantun sendiri, peserta dari grup diskusi ini adalah guru-guru bahasa Indonesia SMA/SMK Sederajat.

Kalian pasti sudah tahu apa itu pantun, namun belum mengerti tentang pengertian pantun secara istilah dan berbagai macam jenisnya.

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal di Nusantara. Kata “Pantun” berasal dari kata patuntun dalam Bahasa Minangkabau yang memiliki arti “penuntun”.

Macam-macam pantun itu ada beberapa jenis yaitu:

  • Pantun Anak
  • Pantun Remaja
  • Pantun Orang Tua/Pantun Nasihat
  • Pantun Adat
  • Pantun Agama
  • Pantun Jenaka
  • Pantun teka-teki dll.

Pantun terdiri atas empat lirik (atau empat baris bila dituliskan), tiap lirik terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).

Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan. (aw)*


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *