Workshop Konservasi Koleksi Museum Negeri Bengkulu

Published by TIM WEBSITE DIKBUD on

Sahabat Dikbud,

Salam Museum dihatiku!

Museum adalah suatu lembaga atau tempat perawatan, penyimpanan dan penelitian benda cagar budaya atau benda sejarah budaya dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat melalui pameran atau sosialisasi.

Pada tanggal 26 Oktober 2022 Museum Negeri Bengkulu melaksanakan kegiatan Workshop Konservasi Koleksi Museum Negeri Bengkulu. Kegiatan ini dilakukan di Aula Museum Negeri Bengkulu, peserta workshop sendiri terdiri dari mahasiswa dari berbagai perwakilan Universitas yang ada di Bengkulu, beberapa dari UPTD dibawah naungan Dinas Pendididkan dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu dan masyarakat umum.

Pemateri kali ini dari pihak museum sendiri yaitu bapak Hansen dan bapak Wimmy Hartawan, M.Cs dia seorang dosen yang akan menjelaskan konservasi koleksi keris.

Adapun tujuan utama museum adalah

  • Mengamankan koleksi sejarah budaya dari kerusakan maupun kepunahan.
  • Memelihara dan merawat koleksi dari kerusakan alamiah dengan perawatan preventif (pencegahan) dan kuratif (perawatan) sesuai standar teknis museum.
  • Melakukan penelitian ilmiah koleksi dan menyebarluaskan hasil penelitian kepada masyarakat.
  • Melaksanakan penyimpanan dan panyajian koleksi melalui pameran dan sosialisasi dalam bentuk informasi.
  • Melakukan pengelolaan administrasi koleksi: dokumentasi, registrasi, inventarisasi, katalogisasi dan lebeling serta penyempurnaan data koleksi dan display pameran.

Ruang lingkup dari museum itu sendiri antara lain yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan non fisik, seperti:

  1. Pegelolaan fisik adalah upaya mempertahankan koleksi melalui pemeliharaan baik bersifat preventif atau pencegahan dan kuratif atau perawatan agar selalu dalam kondisi baik sehinga bisa bertahan lebih lama, penyimpanan dan penyajian koleksi.
  2. Pengelolaan non fisik adalah pengelolaan administrasi koleksi. Mencakup dokumentasi, registrasi, inventarisasi, katalogisasi, labelling dan pembaruan data.

Konservasi adalah perlakuan penyelamatan, pemeliharaan dan pengawasan benda-benda koleksi  yang mempunyai nilai sejarah, budaya dan ilmiah dari kerusakan alam, mikro organisme dan manusia.

Pendahuluan konservasi dapat berupa:

pembersihan, pencucian, pengobatan, pengawetan, perbaikan, dan konsolidasi yang pada intinya tindakan ini dapat menghambat proses kerusakan lebih lanjut. Kemudian petugas perawatan dan pemeliharaan koleksi disebut konservator. Konservasi berasal dari kata conservation yang artinya perawatan atau pemeliharaan alam, namun dalam perkembangannya secara luas konservator diartikan sebagai kegiatan merawat, memelihara dan mengawetkan suatu benda.

Di dalam konservasi terdapat beberapa faktor atau agen-agen yang dapat merusak koleksi seperti dapat kita lihat pada gambar di bawah ini ada 10 agen deteriorasi koleksi atau penyebab kerusakan koleksi.

Pemateri kedua yaitu bapak Wimmy Hartawan, M.Cs yang akan menjelaskan tentang “Konservasi Terhadap Temuan Pusaka Keris/Tosan Aji”. Dia mengatakan bahwa pusaka adalah sebuah benda yang sangat dihormati menurut adat maupun kepercayaan berbagai suku ditiap negara

Secara garis besar benda pusaka memiliki identitas suku ras berdasarkan garapan / bentuk. Penyelamatan pusaka dalam kondisi berkarat/korosi tidak boleh merusak bahkan mengurangi nilai estetik dari pusaka itu sebab akan menjadikan benda tersebut hilang nilai dari kebendaannya.

Berikut ini adalah peralatan atau proses yang dilarang atau harus dihindari pada saat perawatan benda pusaka seperti keris:

  • Pemanas/Pembakaran, solusi mengganti proses pembakaran antara lain;
  • Elektrolisis dengan larutan bersoda (Basa)
  • Sabun Cuci Piring Krim
  • Sabun Cuci Piring Jeruk Nipis
  • Menggerinda dengan mesin
  • Menggerinda Manual/Kikir tangan
  • Mengamplas kasar, umumnya amplas dibawah kerapatan 5000 (Lima Ribu), solusinya dengan menggunakan abu merang atau abu gosok.

Benturan dengan benda logam,  solusinya adalah dengan palu kayu/plastik nilon.

Merawat dan menjamas adalah proses merawat dan menjaga pusaka hingga tetap bebas dari karat hingga terjaga dari kerusakan. Proses merawat pusaka ini mulai dari proses membersihkan dari karat/mutih, mewarangi, hingga meminyaki dan memberi wewangian pada pusaka.

Mencuci pusaka/mutih  syarat mutlak agar pusaka bisa diwarangi dengan baik, adalah bilah harus diputih dengan baik terlebih dulu, setelah terlebih dulu dibersihkan dari berbagai noda, kotoran terutama korosi, salah satu cara tradisional mutih adalah dengan merendam bilah keris dengan air kelapa tua (asam lemah) selama beberapa hari, bergantung kadar kotoran dan karatny,gosok bilah dengan jeruk nipis sehingga menjadi putih keperakan.

Beberapa cara lain adalah dengan menggunkan perasan air jeruk nipis, akan lebih baik dari perasan air jeruk nipis yang sebelumnya buah jeruk tersebut dikupas. Kulit jeruk bisa menyebabkan Logam jenis besi menjadi kemerahan. Perlu dilihat waktu perendaman karena air jeruk ini bisa memakan besi jika terlalu lama direndam.

Cara mutihan yang lebih keras/ ekstrim yaitu dengan larutan citrun atau pembersih porcelain tetapi ini sangat tidak dianjurkan karena bisa membuat logam jenis besi menjadi berpori atau berbintik. Jadi serat besi akan hilang.

Pada saat workshop berlangsung juga ada doorprice atau hadiah bagi para peserta yang berhasil menjawab dan menanyakan pertanyaan, hal ini adalah sebuah apresiasi dari pihak Museum Negeri bengkulu untuk peserta yang aktif dalam kegiatan tersebut. (aw)*


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *