Kain Besurek Batik Tradisional Bengkulu

Hallo sobat Museum!

Dalam rangka hari batik nasional berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No.33 Tahun 2009 Tentang Hari batik Nasional, Batik indonesia telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpiece Of The Oral And Intangible Heritage Of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009 oleh United National Educational, Scientific and Cultural Oragnization (UNESCO).

Kain besurek adalah batik tulis tradisional khas Bengkulu termasuk batik pesisir dengan motif dominan kaligrafi  Arab dihiasi parpaduan flora dan fauna yang sarat makna simbolis, melambangkan hubungan manusia dan alam dengan sang pencipta. Besurek (surat) berarti  menulis atau melukis kaligrafi dan relief alam pada bidang kain, yang digunakan untuk kebutuhan sandang dalam tradisi masyarakat Bengkulu.  Warna dasar yang dominan kain besurek adalah merah, biru, coklat dan kuning sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.

Kain “besurek” merupakan kosa kata bahasa Bengkulu. Kata tersebut berasal dari suku kata “be” termasuk awalan dengan pengertian “ber” dan “surek” yang berarti “surat” atau “tulisan”. Terjemahan bebas dari kata “besurek” adalah “bersurat” atau “bertulisan” dimaksud dengan istilah “kain bersurek”, kain yang telah dipenuhi dengan surat atau tulisan berciri tulisan kaligrafi Arab.

Kata “surat” informasi tertulis. Namun pada istilah “kain bersurek” kata “surat” disini tidak mempunyai makna tertentu. Hal ini merupakan ciri motif dan pembuatan kain bersurek memang melalui proses membatik. Kata “batik” berasal dari kosa kata jawa dari kata “ba” artinya “jari” dan “tik” artinya “kecil”. Terjemahan bebas kata batik dalam bahasa jawa “menitik, menetes atau menuliskan” lilin (malam) pada kain yang telah didesain motif. Batik inilah di Bengkulu disebut “bersurek”.

Tidak diketahui secara pasti asal muasal dan  kapan kain besurek dikenal masyarakat Bengkulu, namun secara tradisi diyakini keberadaan batik besurek  sejalan dengan masuk dan berkembangnya pengaruh Islam di Bengkulu pada awal abad ke16. 

Pada awalnya kain besurek lebih banyak digunakan sebagai perlenngkapan upacara adat (daur hidup) seperti upacara kelahiran (cukur rambut anak), perkawinan, kematian dan upacara adat lainnya.  Pada upacara kelahiran kain besurek diipakai sebagai ayunan anak.  Kain besurek dipakai sebagai penutup kepala (destar) oleh pengapit (pendamping) pengantin laki-laki saat pelaksanaan akad nikah., juga oleh pemuuka adat dalam acara Mufakat Rajo Penghulu (rapat panitia persiapan upacara pernikahan). Sedangkan pengantin wanita menggunakan selendang kain besurek pada waktu acara bedabung (mengikir gigi), mandi-mandi dan ziarah ke kuburan sebelum menikah.  Dengan demikian maka kain surek merupakan ciri budaya Bengkulu. 

Dalam perklembangannya sekarang batik besurek tidak hanya dipakai pada acara adat tetapi telah digunakan sebagai pakaian harian dan motifnyapun sudah berkembang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tren mode pangsa pasar.

Motif Kain Besurek.

Sebagai kelengkapan adat kain besurek mempunyai tujuh motif dasar yaitu :

  1. Kaligrafi Arab : adalah kaligrafi mirip aksara Arab, warna dasar biru. Motif ini digunakan utuk kelengkapan upacara perkawinan, dipakai oleh pengapit penganten dan raja penghulu sebagai penutup kepala (detar).
  2. Rembulan dan Kaligrafi Arab warna merah : Motif rembulan dipadu dengan kaligrafi Arab menggambarkan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dipakai oleh pengantin wanita dalam rangkaian upacara perkawinan.
  3. Kaligrafi Arab – Kembang Melati warna merah kecoklat-coklatan : motif ini menunjukkan nilai religius yang sangat tinggi   Kain motifini dipakai pada upacara cukur rambut cemar (aqikah), ayunan bayi dan acara sunatan.
  4. Kaligrafi Arab – Burung Kuau warna biru : melambangkan hubungan alam dan pencipta. Kain besurek motif ini digunakan dalam upacara adat pernikahan, juga digunalkan sebagai selendang oleh pengantin wanita pada waktu ziarah kubur sebelum akad nikah.
  5. Relung Paku (Pohon Hayat) – Burung Kuau – Kaligrafi Arab, warna coklat atau krem menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya dengan sang pencipta. Kian besurek motif ini digunakan pada upacara cukr rambut bayi.  Makna simbolis kearifan lokalnya merupakan harapan pada sianak agar kelak bisa menjaga kesimbangan   hubungan alam dan manusia dengan sang pencipta.
  6. Kaligrafi Arab – Kembang Cengkeh – Kembang Cempaka mepunyai lilin kehidupan warna merah kecoklatan. Motif ini menggambarkan kehidupan flora dan fauna . Kembang cengkeh dan bunga cempaka adalah jenis tanaman yang banyak terdapat di Bengkulu. Motif ini dipakai pada acara bedabung (mengikir/meratakan gigi), dalam rangkaian upacara perkawinan
  7. Kaligrafi Arab – Relung Paku – Burung Punai. Motif ini menggambarkan kehidupan flora dan fauna. Relung paku adalah jenis tanaman yang banyak dijumpai di Bengkulu. Motif ini digunakan pada waktu acara cukur ranmbbut bayi.

Seiring dengan perkembangan penggunaan kain besurek dan perkembangan nilai ekonomi kain besurek maka motif kain besurek juga mengalami perkembangaan dengan dikenalnya motif kreasi baru sesuai dengan pangsa pasar seperti motif bunga raflesia arnoldi serta unsur lainnya tanpa meninggalkan motif kaligrrafi arab.

Fungsi Kain Besurek.

Secara tradisional Kain Besurek Bengkulu berfungsi sebagai pelengkap dan penunjang acara adat. Bertolak dari pandangan fungsional, kain Besurek merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan keagamaan dan adat yang berhubungan dengan upacara daur hidup manusia. Fungsi dan nilai kain besurek menurut pemuka-pemuka adat Bengkulu tergantung dari motif dan warnanya, yaitu :

  1. Sebagai penutup jenazah, sebagai koleksi harta warisan yang disusun disamping jenazah;
  2. Selendang pada waktu ziarah ke makam leluhur oleh wanita muda yang akan menikah.
  3. Selendang pada waktu melayat ke rumah duka oleh wanita setengah tua
  4. Sebagai penutup jenazah sebelum dimandikan atau pelapis kedua keranda jenazah.
  5. Pada upacara pernikahan, maka kain ini digunakan pengantin dalam acara mandi-mandi;
  6. Penutup kepala (detar) kaum lelaki atau tengkuluk kaum hawa dalam acara adat.
  7. Sebagai hantaran pada kamar pengantin tradisional Bengkulu; aw)*

Dikutip dari tulisan Drs. Muhardi, M.hum.